Apa Itu Fast Fashion? Ini Dampak Buruknya untuk Lingkungan

Apa Itu Fast Fashion? Ini Dampak Buruknya untuk Lingkungan

Dampak Buruknya Fashion – Tren fashion atau mode bisa berubah dalam sekejap mata. Hampir setiap hari muncul pakaian dengan model baru di pasaran. Fenomena perubahan tren yang sangat cepat ini di kenal dengan fast fashion. Yuk, mengenal gaya hingga dampak buruknya untuk lingkungan. Sama seperti namanya, kata fast yang berarti cepat menunjukkan bagaimana cepatnya tren fashion berganti. Meskipun begitu, banyak orang yang masih belum menyadari fast fashion memiliki dampak buruk bagi manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, penting memahami fenomena ini di kutip dari laman joinlilrhody.com.

Perkembangan industri tekstil yang cepat memicu munculnya fenomena fashion. Konsumen terus di suguhkan model-model pakaian terbaru. Hal ini menyebabkan konsumen tak ingin tertinggal dan merasa memiliki kewajiban membeli produk garmen dengan tren mode terbaru. Terlebih, koleksi-koleksi baru ini bisa di bilang memiliki harga yang relatif murah. Selain itu, akses media sosial semakin mendorong fast fashion untuk berkembang. Biasanya, merek-merek busana akan memasarkan produknya melalui media sosial. Namun, perubahan yang cepat dengan harga rendah inilah yang justru memberikan dampak negatif. Dampak negatif ini meliputi pencemaran lingkungan hingga upah pekerja yang tidak sebanding.

Ciri-ciri Fast Fashion

Pada dasarnya, produk fast fashion memiliki kesamaan. Merangkum dari laman Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), fast fashion memiliki cirinya tersendiri. Meskipun bisa di bilang fast fashion memiliki bentuk pakaian yang memanjakan mata, tren model busana tersebut dapat berganti dalam waktu singkat. Pasalnya, tujuan fast fashion ingin selalu memiliki model terbaru untuk terus menggaet pelanggan. Karena harga jualnya yang murah di pasaran, bahan yang di gunakan cenderung kurang bisa bertahan lama.

Tuntutan perubahan tren yang sangat cepat membuat suatu merek mempertimbangkan ongkos bahan baku dan produksi yang rendah. Tujuannya agar harga jual juga bisa di tekan dan barang bisa terjual dengan cepat sebelum tren baru datang. Dengan menekan biaya produksi, tentunya berdampak kepada para pekerja. Pabrik biasanya berlokasi di negara berkembang yang memiliki gaji pekerja rendah. Selain upah rendah, para pekerja juga tidak mendapat jaminan keselamatan kerja.


Baca juga:

Bertemu Presiden Vietnam, Prabowo Tegaskan Komitmen Percepat Ratifikasi ZEE


Dampak Fast Fashion

Di balik trennya yang seperti memanjakan para fashionista, ternyata berdampak buruk bagi lingkungan. Penggunaan bahan dan pewarna tekstil yang berbahaya bisa mengancam manusia maupun lingkungan. Karena harganya yang murah, produk fashion cenderung di produksi menggunakan bahan poliester. Poliester memiliki harga yang lebih murah sehingga dapat menekan ongkos produksi. Namun, poliester sebagai tekstil sintetis tidak dapat terurai secara hayati sehingga limbahnya dapat melepaskan mikroplastik yang berpotensi merusak ekosistem. Selain itu, penggunaan pewarna tekstil juga dapat berbahaya bagi lingkungan sekitar.

Limbah dari pewarna tekstil yang di buang tanpa sistem yang tepat dapat mencemari air. Hal ini di sebabkan logam berat dan bahan beracun yang terkandung dapat berdampak pada kesehatan hewan dan penduduk sekitar. Selain limbah yang di hasilkan, konsep gaya mendorong penggunanya menggunakan pakaian sebagai barang sekali pakai. Pakaian yang tidak dijual ke pasar bekas dan berujung dibuang pada akhirnya akan menjadi limbah padat. Limbah-limbah ini akan menyumbat saluran air. Kondisi ini bisa semakin parah jika suatu negara tidak mempunyai sistem pembuangan yang baik. Industri tekstil juga di perkirakan telah menyumbang limbah sebanyak 20 persen dan emisi karbon 10 persen. Angka yang cukup tinggi.

Tak hanya berdampak bagi lingkungan. Fast fashion juga mengeksploitasi para pekerja di baliknya. Pekerja mendapat tekanan kerja yang tinggi tanpa upah yang layak. Sebuah studi bahkan menunjukkan pekerja tekstil memiliki upah terendah di bandingkan pekerjaan lain. Mereka juga memiliki tempat kerja yang kurang mengedepankan keamanan. Begitulah dampak negatif. Tentunya, kebiasaan ini bisa secara perlahan-lahan di ubah. Bisa dimulai dengan membeli pakaian sesuai kebutuhan dengan masa pakai yang lebih panjang untuk mengurangi laju fashion.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *